Monday, October 7, 2013

Biografi Ratna Sarumpaet (MKRI)



Nama                                     : Ratna Sarumpaet
Tempat tanggal lahir           : 16 Juli 1949 di Tarutung, Tapanuli Utara
 Agama                                  : Islam
Orang Tua                             : Ayah -Saladin Sarumpaet
  Ibu    -Yulia Hutabarat
Suami                                    : Achmad Fahmy Alhady.
Anak                                       : Mohammad Iqbal Alhady
Fathom Saulina
Ibrahim Alhady
Atiqah Hasiholan.
Pekerjaan                              :penulis naskah,sutradara, aktivis politik dan aktivis HAM.
Alamat                                    : Kawasan kampong melayu kecil No. 24, Tebet, Jakarta Selatan
Pendidikan   
                        : -SD Negeritarutung
  -SMP BOPKRI Yogyakarta
  -SMA PSKD I Jakarta
  -Universitas Kristen Indonesia Fakultas Teknik Arsitektur (tidak tamat)


Penghargaan dan Kegiatan :
Pembicara di internasional woman playwright II, Australia 1994, Pembicara di 4th internasional woman playwright center,irlandia1997, meraih the female special award for human rights dari organisasi the foundation of human rights in asia 1998, memberikan pidata saat peringatan 50 yahun hak asasi manusia sedunia diprancis 1998, Tsunami Award - (Ratna Sarumpaet Crisis Center) 2005 Aceh.NETPAC Award - Asiatica Film Mediale, Roma, Film Jamila dan Sang Presiden, 2009. Youth Prize - Vesoul International Film Festival, Prancis, Film Jamila dan Sang Presiden, 2010. Public Prize - Vesoul International Film Festival, Prancis, Film Jamila dan Sang Presiden, 2010.

Kegiatan ratna saat era-orde baru
Di era-orde baru Ratna terkenal oleh masyarakat karena terlibat sebagai aktivis dalam kasus Marsinah dan membela penderitaan rakyat Aceh yang terjebak dalam perang antara TNI dan GAM. Hal itu menyebabkan munculnya masalah antara ratna dengan pemerintah Orde-Baru. Pada kampanye Pemilu 1997 ia bersama kelompok teaternya bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk berkampanye. Dia sempat dikurung ketat oleh kepolisian di sepanjang jalan Warung Buncit, dimana Ratna dan kawan-kawan mengusung sebuah keranda bertuliskan “demokrasi”. Karena kampanye tersebut Ratna dan kawan-kawannya sempat ditangkap dan di interogasi selama 24 jam.
Bulan September 1997 Kepala Kepolisian RI menutup kasus pembunuhan Marsinah dengan alasan bahwa DNA Marsinah dalam penyelidikan telah terkontaminasi. Setelah penutupan kasus ini, Ratna menulis monolog "Marsinah Menggugat" dan mengusungnya dalam sebuah tur ke sebelas kota di Jawa dan Sumatera. Monolog ini dianggap sebagai karya provokatif. Di Surabaya, Bandung dan Bandar Lampung, pertunjukan ini dibubarkan secara represif oleh pasukan anti huru-hara. Dengan tingginya kontroversi Marsinah Menggugat, Ratna berhasil membuat kasus pembunuhan Marsinah mencuat. pada akhir 1997 Ratna memutuskan melakukan perlawanan. ratna mengumpulkan 46 LSM dan Organisasi-organisasi Pro Demokrasi di kediamannya, lalu membentuk aliansi bernama Siaga. Siaga menjadi salah satu organisasi paling diincar oleh aparat, Menjelang Sidang Umum MPR, Maret 1998.
Ratna dikenal sangat tegas menolak terlibat dalam politik praktis, namun sejarah mencatat bagaimana sepak terjangnya baik Ia ikut menggagas dan mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) hingga partai ini resmi dideklarasikan di Istora Senayan.
Baru baru ini ratna menggelar kegiatan besar bersama MKRI (majelis kedaulatan rakyat Indonesia) yang diketuainya sendiri untuk mengkudeta kepemerintahan susilo bambang yudhoyono yang berubah menjadi aksi damai, acara kesenian dan bakti sosial dalam membagikan sembako di kantor yayasan lembaga bantuan hukum indonesia (YLBHI) dengan massa sekitar 3000 warga yang memenuhi YLBHI. Sebelumnya anak ke 5 dari 9 bersaudara ini sebagai presidium MKRI melayangkan 5 tuntuntan untuk kepemerintahan sekarang ini, antara lain:
-meminta pemerintah menasionalisasi tambang minyak dan gas
-mereka meminta untuk pemerintah menurunkan harga kebutuhan pokok
-meminta menghentikan impor kebutuhan masyarakat
-MKRI meminta pemerintah menuntaskan kasus korupsi yang berhubungan dengan orang-orang di sekitar istana Negara
-meminta pemerintah untuk memaksimalkan penghentian konflik agama, suku, dan ras
 Tuntutan tersebut yang sebenarnya awal ide ratna untuk menggelar kegiatan besar bersama MKRI tersebut yang tadinya ingin mengkudeta kepemerintahan susilo bambang yudhoyono berubah total menjadi pembagian barang-barang pokok kepada masyarakat Jakarta di YLBHI.

No comments:

Post a Comment