Nama : Ratna Sarumpaet
Tempat tanggal lahir : 16 Juli 1949 di Tarutung, Tapanuli
Utara
Agama :
Islam
Orang Tua : Ayah -Saladin Sarumpaet
Ibu -Yulia
Hutabarat
Suami :
Achmad Fahmy Alhady.
Anak : Mohammad
Iqbal Alhady
Fathom Saulina
Ibrahim Alhady
Atiqah Hasiholan.
Pekerjaan :penulis naskah,sutradara,
aktivis politik dan aktivis HAM.
Alamat : Kawasan
kampong melayu kecil No. 24, Tebet, Jakarta Selatan
-SMP BOPKRI Yogyakarta
-SMA PSKD I Jakarta
-Universitas Kristen Indonesia Fakultas Teknik Arsitektur (tidak tamat)
Penghargaan dan Kegiatan :
Pembicara di internasional woman playwright II, Australia
1994, Pembicara di 4th internasional woman playwright
center,irlandia1997, meraih the female special award for human rights dari
organisasi the foundation of human rights in asia 1998, memberikan pidata saat
peringatan 50 yahun hak asasi manusia sedunia diprancis 1998, Tsunami
Award - (Ratna Sarumpaet Crisis Center) 2005 Aceh.NETPAC Award - Asiatica Film
Mediale, Roma, Film Jamila dan Sang Presiden, 2009. Youth Prize - Vesoul
International Film Festival, Prancis, Film Jamila dan Sang Presiden, 2010. Public
Prize - Vesoul International Film Festival, Prancis, Film Jamila dan Sang
Presiden, 2010.
Kegiatan ratna saat
era-orde baru
Di era-orde baru Ratna terkenal oleh masyarakat karena
terlibat sebagai aktivis dalam kasus Marsinah dan membela penderitaan rakyat
Aceh yang terjebak dalam perang antara TNI dan GAM. Hal itu menyebabkan
munculnya masalah antara ratna dengan pemerintah Orde-Baru. Pada kampanye
Pemilu 1997 ia bersama kelompok teaternya bergabung dengan Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) untuk berkampanye. Dia sempat dikurung ketat oleh kepolisian
di sepanjang jalan Warung Buncit, dimana Ratna dan kawan-kawan mengusung sebuah
keranda bertuliskan “demokrasi”.
Karena kampanye tersebut Ratna dan kawan-kawannya sempat ditangkap dan di interogasi
selama 24 jam.
Bulan September 1997 Kepala Kepolisian RI menutup kasus
pembunuhan Marsinah dengan alasan bahwa DNA Marsinah dalam penyelidikan telah
terkontaminasi. Setelah penutupan kasus ini, Ratna menulis monolog "Marsinah Menggugat" dan
mengusungnya dalam sebuah tur ke sebelas kota di Jawa dan Sumatera. Monolog ini
dianggap sebagai karya provokatif. Di Surabaya, Bandung dan Bandar Lampung,
pertunjukan ini dibubarkan secara represif oleh pasukan anti huru-hara. Dengan
tingginya kontroversi Marsinah Menggugat, Ratna berhasil membuat kasus
pembunuhan Marsinah mencuat. pada akhir 1997 Ratna memutuskan melakukan perlawanan.
ratna mengumpulkan 46 LSM dan Organisasi-organisasi Pro Demokrasi di
kediamannya, lalu membentuk aliansi bernama Siaga. Siaga menjadi salah satu organisasi paling diincar oleh
aparat, Menjelang Sidang Umum MPR, Maret 1998.
Ratna dikenal sangat tegas menolak terlibat dalam politik
praktis, namun sejarah mencatat bagaimana sepak terjangnya baik Ia ikut
menggagas dan mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) hingga partai ini resmi
dideklarasikan di Istora Senayan.
Baru baru ini ratna menggelar kegiatan besar bersama MKRI
(majelis kedaulatan rakyat Indonesia) yang diketuainya sendiri untuk mengkudeta
kepemerintahan susilo bambang yudhoyono yang berubah menjadi aksi damai, acara
kesenian dan bakti sosial dalam membagikan sembako di kantor yayasan lembaga
bantuan hukum indonesia (YLBHI) dengan massa sekitar 3000 warga yang memenuhi
YLBHI. Sebelumnya anak ke 5 dari 9 bersaudara ini sebagai presidium MKRI
melayangkan 5 tuntuntan untuk kepemerintahan sekarang ini, antara lain:
-meminta pemerintah menasionalisasi tambang minyak dan
gas
-mereka meminta untuk pemerintah menurunkan harga
kebutuhan pokok
-meminta menghentikan impor kebutuhan masyarakat
-MKRI meminta pemerintah menuntaskan kasus korupsi yang
berhubungan dengan orang-orang di sekitar istana Negara
-meminta pemerintah untuk memaksimalkan penghentian
konflik agama, suku, dan ras
Tuntutan tersebut
yang sebenarnya awal ide ratna untuk menggelar kegiatan besar bersama MKRI
tersebut yang tadinya ingin mengkudeta kepemerintahan susilo bambang yudhoyono
berubah total menjadi pembagian barang-barang pokok kepada masyarakat Jakarta
di YLBHI.
No comments:
Post a Comment