A. Latar Belakang
ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia) adalah
organisasi yang terbuka bagi semua cendekiawan beragama Islam. Artinya siapa
saja, asal tidak buta terhadap permasalahan yang dihadapi rakyat dan mampu
mencari jalan keluarnya, boleh menjadi anggota ICMI. Pengertian cendekiawan
yang digunakan ICMI sangat luas, bisa berarti sarjana, intelektual, atau
kecendekiaan.
Ide
pembentukan ICMI bermula dari rencana mahasiswa Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya untuk membuat simposium cendekiawan muslim pada 29 September dan 1
Oktober 1990. Pertemuan mereka dengan beberapa cendekiawan muslim, antara lain
Menristek B.J. Habibie, Dawam Rahardjo, dan Imaduddin Abdulrachman kemudian berkembang
hingga tercetus ide membentuk ICMI.
Kelahiran
ICMI erat kaitannya dengan perkembangan global dan regional di luar dan di
dalam negeri. Menjelang akhir dekade 1980-an dan awal dekade 1990-an, dunia
ditandai dengan berakhirnya perang dingin dan konflik ideologi. Seiring dengan
itu semangat kebangkitan Islam di belahan dunia timur ditandai dengan tampilnya
Islam sebagai ideologi peradaban dunia dan kekuatan altenatif bagi perkembangan
perabadan dunia. Bagi Barat, kebangkitan Islam ini menjadi masalah yang serius
karena itu berarti mengancam hegemoni yang ada. Apa yang diproyeksikan sebagai
konflik antar peradaban lahir dari perasaan Barat yang subyektif terhadap Islam
sebagai kekuatan peradaban dunia yang sedang bangkit kembali sehingga mengancam
dominasi peradaban Barat. Kebangkitan umat Islam ditunjang dengan adanya
ledakan kaum terdidik (intelectual
booming) yang di kalangan kelas menengah kaum santri Indonesia. Program dan
kebijakan Orde Baru secara langsung maupun tidak langsung telah melahirkan
generasi baru kaum santri yang terpelajar, modern, berwawasan kosmopolitan,
berbudaya kelas menengah, serta mendapat tempat pada institusiinstitusi modern.
ICMI merupakan salah satu bentuk control Orde Baru
terhadap hegemoni Islam di Indonesia. Banyak kalangan kemudian yang menilai
ICMI sebagai organisasi yang mengekslusifkan kaum intelektual Islam. Dan
ternyata, dalam perkembangannya ICMI dapat melahirkan berbagai tokoh besar,
seperti
M. Amin Rais, Nurcholis Madjid, Ginanjar Kartasasmita, Adi Sasono, Wiranto, dan
Akbar Tanjung.
Permasalahan yang akan dikaji dari latar belakang
di atas adalah apakah ICMI dalam aktivitasnya akan terus sejalan dengan
pemerintah atau justru dapat menentang kebijakan-kebijakan pemerintah karena
apabila ICMI menjadi kekuatan yang mengkritisi pemerintah secara radikal hal
tersebut akan sulit dibendung mengingat banyaknya tokoh-tokoh ICMI yang sangat
berpengaruh.
Identefikasi
Dilihat dari asas serta prinsip berdirinya ICMI,
maka ICMI memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan politik di Indonesia yang
mayoritas penduduknya adalah muslim. Hal ini merupakan suatu kekuatan besar
dari organisasi ini. Namun demikian, hal yang perlu diperhatikan adalah di
dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya ICMI seharusnya selalu menjunjung tinggi
pluralitas dan kebhinekaan dari bangsa Indonesia, serta tetap menjaga persatuan
dan kesatuan NKRI.
Dari latar belakang di atas, ICMI merupakan
organisasi yang tidak menutup kemungkinan bisa berpengaruh besar terhadap
kebijakan di Indonesia, yang mungkin saja bermaksud untuk membangun masyarakat
islami Indonesia.
Model
Penelitian
Topik penelitian ini berpusat pada observasi
terhadap organisasi ICMI dengan metodologi pendekatan yang komprehensif untuk
memperoleh informasi yang diharapkan. Karena itu penellitian ini menggunakan
Metodologi Kualitatif yang berbasis pada sumber terbuka. Metodologi ini dipilih
berdasarkan asumsi bahwa dalam meneliti organisasi ICMI akan ada hal yang tidak
dapat diungkap melalui metodelogi kuantitatif.
Hipotesis
Hipotesis penelitian dari penulisan ini adalah ICMI
akan terus memberikan masukan terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
melalui cara-cara yang diplomatis.
Sejarah Terbentuknya ICMI
Kelahiran ICMI berawal dari diskusi kecil di bulan
Februari 1990 di masjid kampus Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang.
Sekelompok mahasiswa merasa prihatin dengan kondiri umat Islam, terutama karena
keadaan cendekiawan muslim yang berjumlah banyak, namun berkembang secara
parsial, sehingga menimbulkan polarisasi kepemimpinan di kalangan umat Islam.
Masing-masing kelompok sibuk dengan kelompoknya sendiri, serta berjuang secara
parsial sesuai dengan aliran dan profesi masing-masing.
Forum itu kemudian muncul gagasan untuk mengadakan
simposium dengan tema “Sumbangan Cendekiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas”
yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 29 September - 1 Oktober 1990.
Mahasiswa Unibraw yang terdiri dari Erik Salman, Ali Mudakir, M. Zaenuri, Awang
Surya, dan M. Iqbal berkeliling menemui para pembicara, di antaranya Immaduddin
Abdurrahim dan M. Dawam Rahardjo. Dari hasil pertemuan tersebut pemikiran
mereka terus berkembang sampai muncul ide untuk membentuk wadah cendekiawan
muslim yang berlingkup nasional. Kemudian para mahasiswa tersebut dengan
diantar Imaduddin Abdurrahim, M. Dawam Rahardjo dan Syafii Anwar menghadap
Menristek Prof. B.J. Habibie dan meminta beliau untuk memimpin wadah
cendekiawan muslim dalam lingkup nasional. Waktu itu B.J. Habibie menjawab,
sebagai pribadi beliau bersedia tapi sebagai menteri harus meminta izin dari
Presiden Soeharto. Beliau juga meminta agar pencalonannya dinyatakan secara
resmi melalui surat dan diperkuat dengan dukungan secara tertulis dari kalangan
cendekiawan muslim. Sebanyak 49 orang cendekiawan muslim menyetujui pencalonan
B.J. Habibie untuk memimpin wadah cendekiawan muslim tersebut.
Pada tanggal 27 September 1990, dalam sebuah
pertemuan di rumahnya, B.J. Habibie memberitahukan bahwa usulan sebagai
pimpinan wadah cendekiawan muslim itu disetujui Presiden Soeharto. Beliau juga
mengusulkan agar wadah cendekiawan muslim itu diberi nama Ikatan Cendekiawan
Muslim se-Indonesia, disingkat ICMI.
Tanggal 28 September 1990, sejumlah cendekiawan
muslim bertemu lagi dalam rangka persiapan simposium yang akan diselenggarakan
bulan Desember. Pada tanggal 25-26 November 1990, sekitar 22 orang cendekiawan
yang akan membentuk wadah baru berkumpul di Tawangmangu, Solo dalam rangka
merumuskan beberapa usulan untuk GBHN 1993 dan pembangunan Jangka Panjang Tahap
kedua 1993-2018 serta rancangan Program Kerja dan Struktur Organisasi ICMI.
Pelaksanaan simposium sempat terganggu oleh gugatan
tentang rencana B.J. Habibie sebagai calon Ketua Umum ICMI karena beliau
sebagai birokrat. Kepemimpinannya dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap
kebebasan para cendekiawan muslim. Tanggal 30 November - 1 Desember 1990,
panitia secara khusus mengadakan rapat untuk menjawab isu negatif soal
pemilihan Habibie. Dari pertemuan tersebut menghasilkan beberapa komitmen,
pertama, berdirinya ICMI merupakan ungkapan syukur umat Islam yang mempu
melahirkan sarjana dan cendekiawan. Kedua, untuk memimpin ICMI diperlukan tokoh
cendekiawan muslim yang reputasi nasional dan internasinal serta dapat diterima
oleh umat Islam, masyarakat Indonesia maupun pemerintah. Ketiga, hanya Unibraw
?salah satu wahana keilmuan- yang cukup pantas melahirkan organisasi itu,
apalagi pemerkasanya adalah mahasiswa univeritas tersebut. Halangan juga sempat
datang dari aparat keamanan setempat. Dalam rapat gabungan antara
penyelenggara, pemda dan aparat keamanan di Surabaya, empat hari menjelang
acara, aparat keamanan menyoal pembentukan organisasi tersebut. ICMI, kata
mereka harus diwaspadai. Tapi Abdul Aziz Hosein yang menghadiri acara tersebut
sebagai panitia penyelenggara mengatakan bagaimanapun ICMI akan terbentuk
karena presiden sudah menyetujui dan AD/ART-nya sudah disusun.
Tanggal 7 Desember 1990 merupakan lembaran baru
dalam sejarah umat Islam Indonesia di era Orde Baru, secara resmi Ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dibentuk di Malang. Saat itu juga secara
aklamasi disetujui kepemimpinan tunggal dan terpilih Bahharuddin Jusup Habibie
sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa
dengan berdirinya ICMI tidak berarti kita hanya memperhatikan umat Islam,
tetapi mempunyai komitmen memperbaiki nasib seluruh bangsa Indonesia, karena
itu juga merupakan tugas utama.
Ideologi
ICMI ingin mewujudkan tata
kehidupan masyarakat madani yang diridhoi Allah subhanahu wata'ala dengan
meningkatkan mutu keimanan dan ketaqwaan, pemahaman dan pengamalan ajaran
Islam, kecendekiawanan dan peran serta cendekiawan muslim se-Indonesia. Meskipun
demikian, ICMI menganggap organisasinya sebagai organisasi yang berasaskan
Islam dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Dalam berorganisasi, ICMI memiliki 3 sifat yakni ke-Islaman dan ke-Indonesiaan;
keilmuan, kepakaran, kecendekiawanan, dan kebudayaan; serta keterbukaan,
kebebasan, kemandirian, dan kekeluargaan.
Visi
dan Misi
ICMI merupakan organisasi cendekiawan muslim yang
berorientasi pada pelaksanaan program-program kekaryaan dalam pemberdayaan umat
yang didukung oleh pemikiran kecendekiawanan dengan mempersiapkan kader-kader
pemimpin disegala bidang kehidupan untuk mencapai kualitas iman dan
taqwa, kualitas fikir, kualitas karya, kualitas kerja dan
kualitas hidup.
Visi dan misi ini sekaligus merupakan tolak ukur
keberhasilan ICMI dalam lima tahun mendatang (2005-2010), baik ICMI sebagai
sebuah gerakan pemikiran, gerakan kebudayaan, maupun gerakan kekaryaan. Dengan
demikian seluruh program yang dijalankan haruslah mengacu kepada lima aspek
kualitas tersebut secara integral.
Struktur Organisasi ICMI
Sesuai dengan hierarki organiasi dimana jaringan
ICMI tersebar mulai dari tingkat pusat hinggga tingkat orsat, termasuk
badan-badan otonom, maka agar program pemberdayaan masyarakat bisa
dilaksanakan secara efektif, dilaksakana pembagian tugas dan peran dari
masing-msaing jenjang organisasi ICMI, seperti;
1. Pengurus pusat mengambil tugas dan peran dalam aspek-aspek
strategis nasional, seperti: pengkajian, kebijaksanaan umum, dan advokasi.
2. Pengurus orwil mengambil tugas dan peran dalam kebijaksanaan
operasional di wilayah, tataran sistem koordinasi, monitoring, pelatihan, dan
evaluasi.
3. Pengurus orda mengambil tugas dan peran dalam
koordinasi operasional kegiatan-kegiatan orsat.
4. Pengurus orsat dan badan otonom mengambil tugas dan
peran dalam tataran operasional implementasi.
Adapun pengurus pusat ICMI adalah sebagai berikut:
Majelis Pengurus Pusat Ikatan Cendekiawan Muslim
se-Indonesia
Ketua presidium : Ilham Akbar Habibie, Dr. -Ing. H. MBA.
Presidium : Nanat Fatah
Natsir, Prof. Dr.
Presidium : Marwah Daud
Ibrahim, Dr.
Presidium : Priyo Budi
Santoso, Drs.
Presidium : Sugiharto, Dr.
SE. MBA.
1.
Ketua
Koordinasi Organisasi dan Kelembagaan : Didin Muhafidin, Dr. H. SIP. M.Si.
2.
Ketua
Koordinasi Pengembangan IPTEK dan Kominfo: Yani Sofyan, Ir. MT.
3.
Ketua
Koordinasi Pendidikan dan Pengembangan SDM : Avip Saefullah, Dr. drg.
4.
Ketua
Koordinasi Pengembangan Etika dan Budaya : Hadimulyo, Drs. M.Sc.
5.
Ketua
Koordinasi Kaderisasi Cendekiawan Muda: M. Syahrial Yusuf, Dr. H. SE.
6.
Ketua
Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Welya Safitri, Dra.
Hj. M.Si.
7.
Ketua
Koordinasi Hubungan Luar Negeri dan Hankam: Nur Hidayat Sardini, Drs.
8.
Ketua
Koordinasi Hukum, Advokasi, dan HAM: Johan O. Silalahi, Dr. Ir. MH.
9.
Ketua
Koordinasi Pengembangan Kewirausahaan dan Ekonomi Ummat: Rahmat
10.
Ketua
Koordinasi Kesejahteraan dan Kesehatan: Fachmi Idris, Dr. dr. M.Kes.
Sekretaris Jenderal : Muhammad Taufiq, Dr. Ir.
1.
Wakil
Sekretaris Jenderal : Santhi H. Serad, Ir. M.Sc.
2.
Wakil
Sekretaris Jenderal : Endin Nasruddin, Prof. Dr.
3.
Wakil
Sekretaris Jenderal : Khomsahrial Romli, Prof. Dr. H. M.Si.
4.
Wakil
Sekretaris Jenderal : M. Shoim Haris, SH. MH.
5.
Wakil
Sekretaris Jenderal : Wahyudi Pramono, Drs. M.Si.
Bendahara Umum : Sandiaga S. Uno
1.
Wakil Bendahara : Sarwono Sudarto, MBA.
2.
Wakil Bendahara : Rifda Ammarina, Ir.
3.
Wakil Bendahara : Alita Marsanti, MBA.
4.
Wakil
Bendahara : Yahya Mahya Sakti, Drs.
5.
Wakil
Bendahara : Muhammad Helmi Kamal Lubis,
ChFC.
Departemen - Departemen:
1. Departemen Organisasi dan
Kelembagaan
Ketua : Lena Maryana Mukti
Wakil Ketua : Muhammad Bascharul Asana, Ir. H. MBA.
Sekretaris : Maman Suarman, Ir.
Bidang-Bidang:
1.
Pengembangan Orwil/Orda/Satuan dan Jaringan Informasi:
1)
Aan Permana
2)
Agung Sarwana
3)
Ali Said
4)
Devi Avianto
Setiawan
5)
Fajar R.
Zulkarnaen, S.Si. MT.
6)
Lailatur
Rohmah, Dra. SE. M.Si.
7)
Muhammad
Herry Alkadrie, Ir. MH.
8)
Primadi H.
Serad
2.
Pengembangan Keanggotaan:
1)
Arya A.P.
Kuntadi
2)
Fadlansyah
Lubis, SH. LL.M.
3)
Mochammad
Yanuar Reza
4)
Nurdin, M.Si.
5)
Windu PW.
Muchrim
3.
Pengembangan Program:
1)
Bambang
Istianto, Dr. H.
2)
Elyunito
Perdana Dien
3)
Hasim
Abdullah, Dr.
4)
Muhammad
Arifiansyah Alala
5)
Muhammad
Sani, SH.
6)
Mulyadi, Dr.
7)
R. Ferry A.
Anggawijaya (Ferry Curtis)
2.
Departemen Pengembangan Iptek dan Kominfo
Ketua : Anis Saggaff, Dr. Ir. MSCE.
Wakil Ketua : Ahmad Mukhlis Yusuf, Dr. Ir.
Sekretaris : Mohammad Andy Zaky, Ir.
Bidang-Bidang:
1.
Teknologi untuk Pangan, Energi, Air:
1)
A. Sitti
Marwah, Dr. Ir. M.Si.
2)
Anteng Setia
Ningsih, Ir.
3)
Arief
Arianto, Ir. M.Sc.
4)
Arif Setiawan
5)
Inu P.
Sukandar
6)
Joko Widodo,
S.Si.
7)
Qiqi Asmara,
Ir. M.Si.
8)
Said Aziz
Alaydruss, Dr. M.Sc.
9)
Yuliswar, Ir.
2.
Teknologi Komunikasi dan Informasi:
1)
Dedy
Kurniawan
2)
Hiro Whardana
3)
Nur Azizah,
S.Si. M.Si.
3.
Teknologi untuk Pendidikan dan Kesehatan:
1)
Ahmad Riza
Wahono, B.Eng. M.Sc. Ph.D.
2)
Vivid F.
Argarini
4.
Teknologi Tepat Guna untuk Pengembangan Unggulan Lokal:
1)
Adawiah
Hasan, Dr. Ir. M.Si.
2)
Heru D.
Wardana, Ir. H. M.Hort. Sc.
3)
Jonizar, Ir.
H. MT.
4)
Retno
Sumekar, Ir. M.Si.
5.
Komunikasi dan Media:
1)
Adjie S.
Soeratmadjie
2)
Idy Muzayyad,
M.Si.
3)
Ipang Wahid
4)
R. Widodo
Patrianto
5)
Susi Duhri
6)
Umar Al
Fattah Lubis, SE.
3.
Departemen Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Ketua : Armai Arief, Prof. Dr. H. MA.
Wakil Ketua : Asma Ratu Agung, Hj. SE.
Sekretaris : Amirsyah Tambunan, Dr.
Bidang-Bidang :
1.
Pendidikan Berbasis Wahyu Memandu Ilmu (Imtaq/Iptek):
1)
Muhbib Abdul
Wahab, Dr. H. MA.
2)
Sri Gatot
Priyadi
2.
Peningkatan Wawasan KeIslaman:
1)
Jujun
Junaedi, Drs. KH. M.Ag.
2)
Masri
Elmahsyar Bidin, Dr. MA.
3)
Nandi Aziz
3.
Sekolah Unggulan dan Guru Berkualitas:
1)
Abd. Majid,
Prof. Dr. H. MA.
2)
Izzudin Joko
Prasojo
3)
Kwarnanto
Rohmawan, S.SOS. MM.
4)
Suyatno,
Prof. Dr. H. M.Pd.
4.
Kerjasama Pendidikan Dalam dan Luar Negeri:
1)
Andi Faisal
Bakti, Prof. Dr. Ph.D.
2)
Umi Waheeda binti
Abdul Rahman, S.Psi. M.Si.
5.
Pengelolaan Beasiswa:
1)
Alwi Alimuddin,
Drs. M.Si.
2)
Juliana
Wahid, SE. M.Pd.
3)
Umaimah
Wahid, Dr. M.Si.
4.
Departemen Pengembangan Etika dan Budaya
Ketua : Reni Marlinawati, Dr.
Wakil Ketua : Syisferi Datuk Gonjong, Dr. H. SE. MMA.
Sekretaris : Rusli Halim Fadli, SHI.
Bidang-Bidang :
1.
Kerjasama Sosial Antar Umat beragama:
1)
Darun Setiadi,
Dr. M.Si.
2)
Fisher
Zulkarnain, Dr. H.
3)
Limanseto,
Ir. M.Eng.
2.
Pendidikan Karakter Berbasis Akhlak Mulia:
1)
Muhammad
Hasanuddin Thoyieb
2)
Nur Ustadi,
Ir. H. M.Ag.
3.
Pengembangan Seni dan Budaya Islam:
1)
Irfan Hakim
2)
Jenny Rachman
4.
Pengembangan Masyarakat Madani Berbasis Pancasila:
1)
Asep A. Sahid
Gatara, Fh. M.Si.
2)
Hans
Munthahar
5.
Pengembangan Dialog antar Peradaban:
1)
Sudirman
Tebba, Drs.
2)
Zainudin
Jafar, Prof. Ph.D.
6.
Pengembangan Etika dan Budaya Bisnis Islami:
1)
Awang Dody
Kardeli, S.Pd.I.
2)
Komarudin
Chalil, S.Ag. M.Ag.
5.
Departemen Kaderisasi Cendekiawan Muda
Ketua : Adji Gutomo, Ir.
Wakil Ketua : Irfanul Islam
Sekretaris : Kamrussamad
Bidang-Bidang :
1.
Ke-Indonesiaan:
1)
A. Budi Utomo
2)
Ahmad Suryadi
Nomi
3)
Andi Irman
4)
Awalil Rizky
5)
Fahrizal,
M.Si.
6)
Faisal Yusra
7)
Heru Cahyono
8)
Iman Sulaeman
9)
Indra J.
Saerun, SE. M.Si.
10)
Mohan, SE.
M.Ei.
11)
Muhammad
Hariman Bahtiar
12)
Muzakhir
Rida, Ir.
13)
Nasyith
Majidi
14)
Sudrajat
15)
Ugan Gandar,
drg.
16)
Ujang Koswara
17)
Yudhi Haryono
18)
Zubaedah
Yusuf
19)
Zulkifli Mahdi
2.
Ke- Islaman:
1)
Adam Riyanto
2)
Bachtiar
Firdaus
3)
Dindin
Sjafrudin
4)
Husni Teja
Sukmana, Ph.D.
5)
Jhon Edy
Rahman, SH. MKn.
6)
Maskuri, Drs.
M.Si.
7)
Nurhidayat,
H. S.Pd. MM.
8)
Samsul Arifin
9)
Tasyrifin,
Drs. H. M.MPd.
3.
Kecendekiawanan:
1)
Abdul Rachman
Sappara, SE.
2)
Adi Sumarya
3)
Aminuddin
4)
Arip
Musthopa, SIP. M.Si.
5)
DH. Ismail,
S.Ag. M.Si.
6)
Dodi Prawira
Amtar, Ir. M.Sc.
7)
Imam
Ratrioso, P.Si. CHt.
8)
Luky
Krisnanda
9)
Moch. Syachrial
Annas Fasihu, Ir. MM.
10)
Mochamad
Ridwan Mustofa
11)
Ria Dewi
Eriani, Dra. P.Si. M.Pd.
12)
Roestiandi Tsamanov
13)
Suryo A.B
14)
T. Syahrul
Reza, SE. MM. Dr.(C)
15)
Valentino
Dinsi, SE. MM. MBA.
6.
Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Ketua : Saraswati Chazanah, Dipl.
Pharm. MM.
Wakil Ketua : MA. Anshori Abdul Djabbar
Sekretaris : Roy Irza F. Aswar Anas
Bidang-Bidang:
1.
Pemberdayaan Keluarga:
1)
Abdul Rochim
2)
Etyn Yunita,
Ir. M.Si.
3)
Hayatun
Nismah
4)
Irmawati
Mochtar Asrul, Hj. SE.
5)
Jaorana
Amiruddin, SP. M.Si.
6)
Madyo
Wratsongko, Drs. MM.
7)
Muzakir
Muanas Tovagho, M.Si.
8)
Muzia
Evalisa, Ir.
9)
Ratna Juita
Yakoeb
10)
Sandris
Maulana Saputra
2.
Pemberdayaan Perempuan:
1)
Afrida, Dipl.
Eng. Educat. SE.
2)
Effy
Kuswita, SH.
3)
Fifin F.
Hafsyah, SS. MS.
4)
Hidayati
Khairia
5)
Lusi Fausia,
Ir. M.Ec.
6)
Menik
Sumasroh, Ir.
7)
Nelly Warnim
Kamsah, Dra. Hj.
8)
Pratiwi
Setiawati, S.Hum.
9)
Rahma Muhammad,
SH.
10)
Siska Y.
Massardi
11)
Siti Mariani,
Hj. S.Sos, MM.
12)
Vivi Indra
Amelia Nasution, S.IP. MA.
3.
Bidang Pemberdayaan Anak dan Remaja
1)
Apep Fajar
Kurniawan, M.Si.
2)
Betty
Suryaningsih, S.Pd.
3)
Fadjar
Nusaswara
4)
M. Solihat
Sukardi
5)
Muhammad Harry
Naldi
6)
Padlia
Parakasi, S.Pd. M.Pd.
7)
Wachyudi
Muchsin, dr. SH.
8)
Yanto
Musthofa
9)
Yudhistira
ANM Massardi
10)
Yusron
Aminulloh, SH. MM.
7.
Departemen Hukum, Advokasi, dan HAM
Ketua : Nudirman Munir, H. SH. MA.
Wakil Ketua : Sudarsono Harjosukarto, Dr. SH. MA.
Sekretaris : Martimus Amin, SH.
Bidang-Bidang :
1.
Kajian Hukum:
1)
Arif
Fahruddin, Drs. MH.I.
2)
Edi Prayitno,
SH.
3)
Fathullah,
SH.
4)
Helvis, Drs.
S.Sos. SH. MH.
5)
Sakhroji,
SH.
6)
Suningsih,
SH. MH.
7)
Teuku Syahrul
Anshari, SH. MH.
8)
Yulianto
Syahyu, SH. MH.
2.
Advokasi & HAM:
1)
Andi Budi
Sulistijanto, SH.
2)
Atho’ Ramli
Mustafa, Drs. M.Si.
3)
Feizal
Rachman, SH. MH.
4)
Haris
Surahman
5)
Imam Malik,
Prof. Dr. H. M.Ag.
6)
Khoiriah
Irsyadi, Hj. SH. MH.
7)
M. Amirudin,
H. M.Pd.
8)
MHR. Shikka
Songge
9)
Rofikatul
Karimah, M.Si.
10)
Wihaji, M.Pd.
8.
Departemen Luar Negeri dan Hankam
Ketua : Ali Muchtar Ngabalin,
Dr. MA.
Wakil Ketua : Mohammad Oheo Sinapoy, Dr.
Sekretaris : Obsatar Sinaga, Dr.
Bidang-Bidang :
1.
Politik & Luar Negeri:
1)
Andi Sukmono
Kumba, S.Ki., M.Si
2)
Benny Junito,
MA.
3)
Chandra
Tirtawijaya, Ir. H.
4)
Gunawan
Suswantoro, SH. M.Si.
5)
Iman Prasetyo
Moelyadi, H. SE.
6)
Mahya Ramdani
7)
Rahimah Abdulrahim
8)
Rudhy Suharto
2.
Pertahanan &
Keamanan:
1)
Abdul Gafur,
SS. M.Si.
2)
Agus
Sugianto, SE.
3)
Ahmad Natsir
Siregar
4)
Andry W. Kusuma
5)
Bernard
Dermawan Sutrisno, Drs. M.Si.
6)
Heppy Dwi
Bayu Wahono, SIP.
7)
Muhammad
Sonhaji
9.
Departemen Pengembangan Kewirausahaan dan Ekonomi Umat
Ketua : Helmy Haludin
Wakil Ketua : Fachrizal Zain, Ir. MM.
Sekretaris : Buroqi Tarich
Bidang-Bidang:
1.
Pengembangan Ketahanan Pangan dan Energi:
1)
Adhie
Widiharto, Ir.
2)
Agus
Suherman, Dr. M.Si.
3)
Ali Rahman
4)
Amal
Alghozali
5)
Bambang
Purwohadi, Ir. M.Si. MT.
6)
Dewi
Hanggraeni, Dr. SE. Ak. MBA.
7)
Dwi Asmono,
Dr. Ir. MS.
8)
E. Herman
Khaeron, Ir. M.Si.
9)
Eka Budhi Sulistyo
10)
Mohamad Iqbal
DA, Ir. MT.
11)
Teddy
Sutiana, Ir. H. MM.
12)
Teguh Budi
Pramono, Ir. MBA.
13)
Tony Setiawan
14)
Wahyudi Sasprihanto,
Ir.
2.
Kewirausahaan, Usaha Mikro dan Kecil, Koperasi:
1)
Adi Radja
2)
Ahmad Zaky,
H. MBA.
3)
Alhamidy
Husni
4)
Aunur Rofik
5)
Budi
Sulaiman, Ir.
6)
Cholil
Hassan, Ir. MBA.
7)
Diwangkoro
Alpinanto Ratam
8)
Elang Gumilang
9)
Fikri F.
Muhammad
10)
Khatibur
Rasyid Alwi, SE. M.Si.
11)
Noura Dian
Hartarony, SE.
12)
Rahmat
Mulyana
13)
Taufiq
Aljufri
14)
Taufiq
Gunanto
15)
Thendri
Supriyanto, Ir. MBA.
16)
Tommy
Wardhana
3.
Pengembangan Ekonomi Umat, Pengembangan Lembaga Keuangan dan Permodalan:
1)
Anton
Yulianto, Drs. Ak. Macc.
2)
Arindra
Artasja Zainal, Ph.D.
3)
Baihaqi Abdul
Madjid, drh.
4)
Dwi P.
Bhakti, SE. MPM.
5)
Farouk A.
Alwyni, MBA.
6)
Galih
Kartasasmita
7)
Hana Wijaya
8)
Khalid Zabidi
9)
Marissa
Haque, Dr.
10)
Mirza
Adityaswara, MBA.
11)
Momo Maulana
Bin Baim
12)
Muhammad
Maulana
13)
Muhammad
Yasid, SE. MM.
14)
Mukti
Sja’roni
15)
NN. Sawitri,
Dr. MBA.
16)
Nurhasanah,
Hj. SH.
17)
Ratieh
Sanggarwaty
18)
Syamsul
Maarif AB.
19)
Taufan
Maulamin Dr. SE. Ak. MM.
20)
Trihadi
Deritanto
4.
Pengembangan Kemitraan dan Antar Lembaga:
1)
Ali Mundakir
2)
Andry
Sudibyo, Ir.
3)
Ardi Nata
Kesuma, Drs. MBA.
4)
Bacharudin
Effendi Sutrasno
5)
Farid Fadlan
6)
Hatim Ilwan,
Ir.
7)
Hendri
Herman, Ir.
8)
Iggi Haruman
Achsien
9)
Okta Farhan
10)
Rizal Untung
Rivai
11)
Suwono, Ir.
12)
Turino
Yulianto
10.
Departemen Kesejahteraan dan Kesehatan
Ketua : Amir Hamzah Pane, Drs. H. Apt.
SH. MH. MM.
Wakil Ketua : Dany Amrul Ichdan, SE. M.Sc.
Sekretaris : Ekasakti Octohariyanto, Dr.
Bidang-Bidang:
1.
Kesejahteraan:
1)
Edi Slamet,
Dr. SE.
2)
Isye S.
Latief
3)
Junaidi, SH.
MH.
4)
Lea Sri
Endari Irawan, Hj.
5)
Rahmat
Sentika, dr. Sp.A.
6)
Ridwan
Monoarfa, Drs.
7)
Virda Dimas
Putra, S.Sos.
8)
Yoke
Syamsidar
9)
Yudi Ariesta
Chandra, S.Kep.
2.
Kesehatan:
1)
Elza
Gustanti, S.Si. Apt.
2)
Gatot
Soetono, dr. MPH.
3)
Jemfy Naswil,
dr. Hj.
4)
Kamelia
Faisal, dr. MARS.
5)
Nurhidayat
Pua Upa, dr. MARS.
6)
Purnama
Hendrotanto, dr. H. Sp.M.
3.
Aksi Sosial dan Bantuan Bencana:
1)
Aslichan
Burhan, SE. MP.
2)
Atik
Ramadhani, S.KG.
3)
Diahwati Hamdan
4)
Etty Kuswih
5)
Ganapati
Sjastri Satyani
6)
M. Adib
Khumaidi, dr. Sp.BO.
7)
Rifaat
Amhariz
4.
Pengembangan Jaringan ZIS:
1)
Abu Syauki
2)
Daryo
Soemitro, dr. Sp.BS (K).
3)
Emy
Hamidiyah, drh.
4)
Ismail Agus
Said
5)
Kusnandar
6)
Muhammad
Hidayat, H. S.Pd. MM.
7)
Naharus Surur
Aktivitas
Agar visi dan misi Program ICMI dapat diaplikasikan
secara nyata, maka ditentukan fokus-fokus aktivitas yang sesuai dengan program-program
berdasarkan isu yang mendesak (current issue) serta terkait dengan
peluang dan kebutuhan riil masyarakat. Program-program tersebut adalah:
1. Pemberdayaan Pendidikan,
Mutu pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah
memprihatinkan, baik dari sisi pengelolaan maupun dari sisi materi (substansi
pendidikan). Oleh karena itu, untuk mencapai visi dan misi
ICMI, pemberdayaan pendidikan merupakan kunci penting yang harus dilakukan.
Sejalan dengan Program Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat, yang memberikan
fokus perhatian pada peningkatan Indek Pembangunan Manusia yaitu meningkatkan
pendidikan Sumber Daya Manusia, meningkatkan Kesehatan dan meningkatkan Daya
Beli, maka ICMI Orwil Jawa Barat beserta Orda dan Orsat-orsatnya akan mendukung
sepenuhnya program peningkatan IPM Jawa Barat ini dengan antara lain :
a.
Community
Base Education
Pengelolaan pendidikan yang berpusat kepada negara,
sedikit banyak telah mengikis prakarsa dan tanggung jawab masyarakat terhadap
pendidikan. Hal ini terlihat dari lebih populernya sekolah yang berstatus
“negeri” (yang nota bene pengelolaannya sangat menyita subsidi) dari pada
swasta yang sebagian besar sumber dana berasal dari masyarakat.
Penyerahan pengelolaan (deregulasi) pendidikan
kepada masyarakat di samping akan memperingan beban negara juga akan
menumbuhkan kemandirian dan tanggujang jawab masyarakat terhadap
pendidikan. Untuk hal ini penting dikaji tentang sistem Pesantren yang hampir
seluruhnya dirancang dan dikelola oleh masyarakat, untuk kemudian sistem
tersebut disempurnakan dan ditranformasikan ke dalam sistem pendidikan yang
sesuai dengan semangat perkembangan zamam.
Hasil dari pengkajin tersebut merupakan modal ICMI
untak menjadikan community base education sebagai sebuah gerakan yang
dimulai dengan pengembangan model-model lembaga-lembaga pendidikan yang
memenuhi standar kualifikasi yang unggul.
b.
Pengembangan
Model Pendidikan Kesalehan Sosial
Tendesi sistem pendidikan yang sekuler tidak
memberikan dampak kepada pembangunan manusia yang seutuhnya. Sekolah-sekolah
formal mengejar IP anak didiknya terfokus pada nilai IQ yang tinggi sering
meninggalkan waktu belajar untuk meningkatkan EQ maupun SQ. Padahal masyarakat
yang maju ternyata tidak hanya ditunjang oleh keunggulan Iqnya saja tetapi
kepada kedisiplinan mereka dalam menjaga etika, moral dan budayanya yang
tinggi. ICMI yang menyadari adanya tendensi sistem pendidikan yang sekuler ini,
perlu berupaya membangun model-model pendidikan yang integral seperti
pengembangan training/pelatihan-pelatihan peningkatan EQ yang sekarang sudah
mulai marak dan mengembangkankan kepada model-model pelatihan SQ sepeti yang
dilakukan oleh Agym dengan model Management Qolbu-nya (MQ). Hasil dari
model-model pelatihan tersebut dapat menumbuhkan kesalehan sosial masyarakat
Jawa Barat yang lebih baik.
Di lain fihak pengembangan kurikulum pada
pendidikan formal mulai pada tingkat Dasar, Menegah sampai Tinggi perlu
menekankan pada pelajaran ahlaq, budi-pekerti dan penanaman moral-etika yang
lebih jelas dalam setiap kurikulum dan silabusnya. Gagasan-gasan anggota ICMI
kearah ini harus digalakkan.
c.
Peningkatan
Mutu Sistem Pembelajaran Berbasis Imtaq
Sementara dari sisi sistem pembelajaran, ada
beberapa hal yang harus dikoreksi dan dikembangkan khususnya pada muatan
peningkatan iman dan taqwa peserta didik:
Pertama, materi pendidikan yang selama ini bersifat dikotomis harus segera
dirubah menjadi bersifat integral, dengan memperhatikan potensi-potensi yang
ada pada lingkungan dan masyarakat. Untuk itu, hal ini ICMI akan membantu
membuat standardisasi mutu pendidikan yang mengacu kepada pencapaian 5-K secara
holistis.
Kedua, pelaku-pelaku pendidikan, terutama guru harus ditingkatkan
profesionalitasnya (kompetensi, komunikasi, etos, dedikasi, ketauladanan, dan
seterusnya). Sedemilkian rupa mereka memiliki posisi tawar untuk meningkatkan
kesejahteraan.
Untuk hal ini ICMI perlu berperan, baik dalam
tataran strategis (sebagai konsultan) maupun dalam tataran aplikatif (sebagai
pengelola) dengan mengembangkan model-model pendidikan yang sesuai dengan
peluang dan potensi wilayah:
1.
Pendidikan
formanl, dengan berperan sebagai konsultan dan pengembang pendidikan, muali
dari tingkat predasar dan hingga perguruan tinggi.
2.
Pendidikan
non formal, dalam bentuk pelatihan dan pengkaderan yang menunjang penegembangan
usaha sector riil masyarakat, seperti: pelatihan/kursus, otomotif, agribisnis,
jasa, dan telekomunikasi.
2. Pemberdayaan Ekonomi
Keterpurukan ekonomi yang saat ini dialami
masyarakat Indonesia mestilah dibangun kembali dengan bertumpu pada kekuatan
dan sumberdaya yang tersedia dan bisa dimobilisir. Pemberdayaan ekonomi
mikro dengan mengembangkan pengusaha kecil dan menengah merupakan pilihan yang
harus dijalankan.
Perubahan paradigma pembangunan yang semula
menempatkan sumberdaya manusia sebagai faktor produksi dengan sistem kebijakan
dan pengelolaan yang sentralistis menjadi lebih memandang lebih eksistensi dan
kesejahteraan manusia sebagai tujuan pembangunan sistem kebijaksanaan den
pengelolaan yang lebih desentralistis, merupakan peluang yang bisa
dimanfaatkan.
Sumberdaya daerah yang bisa dikelola harus menjadi
modal utama. Hal ini mau tidak mau harus ditempuh dengan meningkatkan kesadaran
dan kemampuan (skill) masyarakat daerah yang bersangkutan.
Ada beberapa peluang pemberdayaan ekonomi yang
dipandang stratyegis dan visible untuk dijalankan oleh ICMI dengan ujung tombak
Osat-orsat, yakni:
a. Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Syariah
Program pengembangan kelembagaan ekonomi dan
keuangan syariah yang sekarang sudah mulai marak diminati masyarakat dan
pemerintah daerah perlu diamati perkembangannya. Sistem perbankan yang sebagian
besar bersifat Branbch banking System, ternyata selain hanya menyedot
dana rakyat di daerah ke pusat (jakarta) dan sedikit sekali yang kembali ke
daerah juga penerapan sistem syariahnya baru merupakan labelnya saja. Sistem
perbankan syariah masih tetap tunduk pada ketentuan-ketentuan perbankan
konvesional, seperti penetapan suku bunga. Maka itu ICMI bisa melakukan
pengkajian terhadap kemungkinan dikembangkannya lembaga keuangan daerah
yang bersifat unit banking system atau bentuk lembaga keuangan syariah yang
lebih jelas, yang memberikan kemungkinan kepada rakyat di daerah
untuk mudah mengakses sekaligus sebagai lembaga mobilisasi keuangan yang
digali dari sumber daya lokal untuk kepentingan masyarakat lokal
Seiring dengan pengembangan lembaga keuangan daerah
perlu juga dikaji dan dikembangkan sistem pengkaderan bagi lahirnya
pengusaha-pengusaha lokal, baik skala kecil, menengah bahkan besar. Potensi
zakat dari golongan muzaki yang cukup besar harus dapat dikelola sebaik mungkin
sehingga masyarakat dapat hidup dalam ekonomi syariah.
b. Program Pengembangan BMT dan Usaha Kecil Menengah
Pelaksanaan kelembagaan ekonomi syariah yang sudah
mulai menjadi kebutuhan masyarakat seperti BMT, Takaful, Pinbuk dll. Beberapa
tahun terahir ini tampaknya mengalami tantangan yang cukup berat. Apabila tidak
ada upaya untuk mengembangkannya secara intensif dan meluas, mungkin akan hanya
tinggal namanya saja. Karena lembaga perekonomian ini adalah asli hasil
pemikiran dan usaha keras para anggota ICMI, maka dibutuhkan inovasi-inovasi
baru dalam memperkuat keberadaannya. Skema-skema usaha kecil, UKM dan mikro
kredit yang sedang digalakkan pemerintah adalah peluang yang cukup strategis
untuk ditangkap.
Demikian pula dengan keberadaan koperasi masjid,
atau majelis talim dimana dan lain sebagainya, kegiatan-kegiatan amal usaha
muslim yang mengambil basis kegiatan bersumber di masjid perlu di-desiminasikan
dari satu orsat ke orsat lainnya.
c. Program Revitalisasi Pertanian
Konsep kembali kepada sumberdaya (resources
base) menjadikan pertanian merupakan sektor yang sangat diharapkan, setelah
mengalami keterpurukan akibat konsep ekonomi industri manufaktur yang
menyebabkan sektor ini termarginalisasikan, maka ke depan usaha pertanian
(temasuk perkebunan, kehutanan, perikanan darat dan perternakan) menjadi
berpeluang untuk bangkit kembali. Oleh karenanya penataan sistem dan
aplikasi pertanian mendesak untuk dilakukan, antara lain,
menyangkut;
o Sistem kebijakan yang berpihak pada masyarakat
tani.
o Pengembangan agropolitan dengan fokus pada :
- Pengembangan pertanian yang ramah lingkungan seperti pengembangan produk pertanian organik.
- land reform dan reformasi hukum yang berkaitan dengan masalah lahan pertanian dan pedesaan.
- Jasa yang memasarkan hasil-hasil industri pertanian, bursa komoditi.
o Perintisan dan pengembangan agro-bisnis dan
agro-industri
o Teknologi dan insfrastruktur pertanian
o Sistem produksi, permodalan dan sistem pasar
o Sistem kelembagaan dan sumber daya manusia (petani)
Tentu saja dalam kerangka globalisasi perlu juga
adanya pengkajian dan pemberdayaan petani, untuk itu hal ini ICMI betindak
sebagai katalisator bagi tumbuhnya usaha-usaha pertanian yang berdaya
saing regional, nasional dan internasional.
d. Progam Pengembangan Daerah Pesisir dan Kelautan.
Bila melihat luasan wilayah beserta segenap
kekayaannya, maka laut memiliki potensi yang sangat besar yang belum
termanfaatkan dengan optimal, karena sebagian besar wilayah pesisir Jawa Barat
di bagian utara maupun selatan, masih dikategorikan sebagai daerah-daerah tertinggal
yang perlu dikembangkan. Selain wilayah pesisir yang didominasi oleh nelayan
miskin, yang sering kemiskinan itu dekat dengan kekufuran, potensi tambak dan
nelayan tangkap perlu dikembangkan dan dimodernisir. Atas dasar itu program
pemberdayaan, masyarakat nelayan menjadi begitu strategis, sehingga mereka
mampu memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam yang dimilikinya sebagai sarana
peningkatan kualitas dirinya dan masyarakat.
Dalam kegiatan pemberdayaan ini ICMI khususnya
batom MKPD (majelis Kajian Pembangunan Daerah) seyogiyanya mampu memberikan
fasilitas dengan mengembangkan data base (basish data) yang relevan bagi
kegiatan pengembangan antara lain;
1)
Data tentang
peta keunggulan (potensi) wilayah
2)
Data potensi
sumberdaya manusia dan
3)
Data tentang peluang
dan potensi usaha
e. Program Industri, Teknologi, Jasa dan Pariwisata.
Penanaman Modal Asing yang sangat terbuka dalam
iklim Investasi di Indonesia, hampir mengabaikan pengembangan temuan-temuan
iptek domestik, sehingga pertumbuhan hasil-hasil penelitian dari berbagai
perguruan tinggi yang terkenal di Jawa Barat makin hari makin menurunkan
ranking kapability dan kompetensi di tingkat internasional. Karena itu perlu
segera dilakukan revitalisasi kompetensi dibidang teknologi untuk mengisi
penggunaan berbagai teknologi dalam industri, jasa dan pariwisata.
Kampanye cintai produk dalam negri atau produk
nasional, dimana banyak menggunakan komponen dan teknologi lokal atau dalam
negri, seyogiayanya semua anggota ICMI dimanapun berada menjadi terpanggil
untuk ikut serta.
Fenomena yang kurang baik bahwa sektor pariwisata
yang menimbulkan ekses negatif mada moral masyarakat, perlu dikaji sedemikian
rupa agar kegiatan pariwisata dapat menumbuhkan seni budaya lokal yang menjadi
primadona pariwisata, dan bukan sebaliknya tempat kemunkaran dan teror.
f.
Program
Pengembangan Sektor Riil
Sektor riil jangan diartikan hanya pembangunan
bangunan-bangunan saja. Kekayaan alam, Sumber Daya Manusia serta tersedianya
peluang permodalan merupakan kekuatan yang bisa dijadi modal dasar bagi
kegiatan sektor riil di masyarakat. Untuk itu melalui Orda, Orsat dan Badan
Otonom, ICMI perlu berperan sebagai penggerak sekaligus
pelaksana sektor riil dengan mengembangkan model-model unit
usaha berdasarkan sumber daya dan peluang yang ada di
daerah masing-masing, baik dalam sub sektor produksi, industri
maupun jasa, seperti: agri bisnis, agri industri, telekomunikasi dan informasi,
poliklinik, perikanan, bengkel otomotif, perdagangan dan sebagainya.
Untuk menggerakan dan melaksanakan usaha sektor
riil ini ICMI perlu melakukan pelatihan dan pengkaderan. Oleh kerena itu juga
ICMI dan badan-badan otonom perlu membuat modul-modul pelatihan dan pendidikan
yang unggul.
3. Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat.
Wabah penyakit yang dewasa ini melanda dunia bukan
saja HIV/AID tetapi flu burung. WHO memperkirakan lebih dari 20 juta orang akan
terjangkiti penyakit ini diseluruh dunia. Indonesia menghadapi wabah flu burung
dapat memanfaatkan hasil-hasil dari negara-negara lain, tetapi masalah HIV/AID
dan narkoba sudah dianggap bukan lagi masalah dunia. Dilihat dari segi
peluruhan nilai-nilai etika, moral dan peradaban umat Islam, dua wabah ini
yaitu HIV/AID dan narkoba sebetulnya adalah wabah yang sangat kritis harus
segera ditanggulangi. Karena dua penyakit ini sangat berkaitan dengan masalah
haram atau perbuatan yang dilarang Allah SWT yang deritanya tidak hanya
ditanggung di dunia saja tetapi juga di akhirat nanti.
Lingkungan, perilaku dan norma-norma kehidupan
rumah tangga banyak menjadi pemicu berjangkitnya wabah HIV/AID dan narkoba ini.
Kita seluruh anggota ICMI patut membantu sepenuhnya perhatian dan upaya
Pemerintah dalam memberantas penyakit masyarakat ini. Dianjurkan para anggora
ICMI baik perorangan maupun kolektif dengan kecendekiawanannya dan kemampuannya
harus menjadi pelopor dalam memberantas penyakit masyarakat ini.
4. Pengembangan Kelembagaan dan Kaderisasi
Selain anggota ICMI dapat menyumbangkan amal
baktinya bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya, juga sebaiknya
memperhatikan juga kelembagaan ICMI sebagai kekuatan sinergi kita dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan. Penguatan organisasi dengan agenda terstruktur
maupun acara-acara yang dapat menguatkan rasa kebersamaan dan silaturahim harus
menjadi kebutuhan setiap anggota. Karena itulah mengapa ICMI ada.
Agar fokus program pemberdayan ekonomi, pendidikan
dan informasi dengan baik, maka perlu didukung oleh kualitas kelembagaan
dan sumberdaya manusia di tubuh ICMI sendiri. Oleh karena itu ICMI
perlu terus mengembangkan dan memperluas jaringan kelembagaan seraya
meningkatkan kualitas SDM, terutama yang ada di Badan Otonom dan orsat
yang menjadi ujung tombak ICMI, khususnya dalam rangka mengantisipasi
penyelenggaraan otonomi daerah yang harus makin mandiri dan bertanggung jawab.
Batom-batom seperti Masika, MKPD, Orbit, dll untuk terus dibina dan
dikembangkan, malah perlu pula secara bertahap Batom ini dapat menjadi amal
usaha Orsat atau Orwil yang memberikan sumbangannya bagi Orsat maupun
Orwil agar kegiatan-kegiatan di Orsat dan Orwil dapat terus berkembang.
Persiapan SDM ini dapat ditempuh dengan melakukan
database keahlian melalui pengembangan electronic member card, serta
pelatihan-pelatihan. Oleh karenanya ICMI dan batom-batom perlu membuat
modul-modul pengkaderan yang sistemik, relevan dan unggul.
Bentuk-Bentuk Pemberdayaan
Program pemberdayaan dapat dilaksanakan dalam
berbagai bentuk, sesuai dengan potensi dan kondisi yang ada
dan dibutuhkan. Bentuk-bentuk tersebut sebagai berikut:
1. Pengkajian
Program berbentuk pengkajian adalah untuk mencari, membuktikan dan
menemukan pemikiran atau konsep baru tentang masalah yang kemudian
disosialisasikan dan diadvokasikan sesuai dengan relevansi dan kepentingannya.
2.
Pelembagaan
Gagasan atau konsep baru yang dimiliki oleh individu atau lembaga akan
berjalan lebih efektif dan bisa meningkatkan aksesibilitas umat apabila
dijalankan melalui lembaga yang profesional, gagasan atau konsep
seperti ini bisa dilembagakan dalam upaya menjadi wahana penghidupan potensi
dan mekanisne yang mempermudah pemanfaatannya oleh umat dan masyarakat.
3.
Pengembangan
Jaringan
Program langsung dalam bentuk perluasan jaringan adalah untuk membangun
mitra kerja dengan lembaga terkait, baik pemerintah maupun masyarakat.
4.
Kegiatan
Langsung (Aksi)
Program yang berbentuk kegiatan konkrit seperti pusat-pusat inkubasi
bisnis yang ditangani langsung oleh secara mandiri atau dengan mitra
kerja, baik oleh organisasi pusat, organisasi wilayah, atau oleh
badan-badan otonon dan kelompok-kelompok kerja.
Strategi Pemberdayaan
Program yang di rencanakan dapat dilaksanakan
dengan berbagai strategi pendekatan sebagai berikut:
1.
Fungsionalisasi
dan Fasilitas
Program tidak menduplikasi program kerja dari lembaga lain yang sudah
ada. Program yang dijalankan hanya memperkaya wahana pengabdian untutk
mendorong pendayagunaan potensi kelembagaan umat islam yang sudah ada, sehingga
program bersifat khas yang pelaksanaannya dilakukan
melalui kerjasama kemitraan yang diarahkan juga untuk memperkuat potensi mitra
kerja, dengan demikian ICMI hanya berfungsi sebagai fasilitator yang
memungkinkan lembaga yang ada tersebut dapat menjalankan tujuan
kelembagaannya secara efektif dan produktif.
2.
Institusionalisasi
Program ICMI bersifat khas, yaitu memperkuat kelembagaan yang telah ada
dengan memperkenalkan gagasan baru yang sesuai dengan umat dan masyarakat
Indonesia. Program kerja diarahkan sebagai rintisan dan dikembangkan melalui
lembaga yang rasional dan profesional. Institusionalisasi dilaksanakan bila,
baik di dalam maupun diluar ICMI memang belum tersedia secara
profesional.
3.
Inkubasi dan
Diseminasi
Para anggota ICMI diharapkan dapat mengembangkan berbagai model inovatif
yang kemudian dapat ditularkan (diseminasi) ke tempat lain. Bentuk-bentuk
pelatihan dan pameran kegiatan-kegiatan yang dianggap berhasil secara
berkeliling dari satu orsat ke orsat yang lain, perlu segera dirintis. Program
kerja dapat berfungsi inkubasi atau sebagai diseminasi, perluasan dan
pemerataan. Informasi mengenai gagasan-gagasan baru yang bersifat inovatif,
rintisan model-model dan kasus-kasus sukses tersebut sebagai kegiatan nyata
dalam rangka meningkatkan 5-k di kalangan umat dan masyarakat.
4.
Intergrasi
dan Penguatan Jaringan
Program kerja berfungsi sebagai sarana intergrasi dan perekatan umat dan
masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan bersama. Dengan semua progam haruslah
memberikan sumbangan ke arah proses perekatan ukhuwah islamiyah, persatuan dan
kesatuan bangsa. Dalam upaya penguatan jaringan sebaiknya seluruh pengurus ICMI
baik di Orwil, Orda maupun Orsat harus mampu melaksakan silaturahim ke
organisasi-organisasi yang berada dibawahnya. Silaturahim adalah wajib hukumnya
bagi keberlangsungan organisasi.
5.
Mobilisasi
Program ICMI harus memberikan manfaat bagi kebutuhan dan usaha melakukan
penghimpunan potensi umat dan masyarakat, sehinggga dapat diarahkan untuk
mendukung upaya optimalisasi pendayagunaan sumberdaya bagi pencapaian 5-k. Karena
itu bentuk-bentuk kegiatan Orsat yang mampu memobilisasikan anggota perlu
sering dilaksanakan. Aset dan kesempatan yang belum tergali dikembangkan
menjadi potensi nyata yang membawa perubahan sosial yang dikehendaki
masyarakat.
Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Program
Fokus program jangka panjang menengah dilaksanakan
dengan mengacu kepada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Terpadu dan Menyeluruh (holistik-integral)
Perencanaan pelaksanaan dan evaluasi progam dilakukan dengan pendekatan
terpadu (holistik-intergral) dan harus dihindarkan pendekatan secara sektoral
dengan tetap mengacu pada peningkatan peran serta masyarakat, program ICMI
dikembangkan untuk menjawab masalah bangsa dengan bertumpu pada mutu
pembangunan Indonesia secara menyeluruh, sedangkan mekanisme internal dalam tubuh
ICMI dan hubungan kemitraan dengan pihak luar perlu diarahkan untuk mewujudkan
tujuan ICMI.
2. Inklusivitas
Mengingat ICMI merupakan komponen bangsa yang tak terpisahklan, maka
program ICMI adalah bagian dari program pembangunan nasional.
Salah satu ciri dalam penyusunan program ICMI adalah peran aktif dalam
pembangunan nasional, baik pada tahap perencanaan (masukan untuk GBHN,
Repelita, APBN, Undang-Undang dan Peraturan), tahap pelaksanaan, monitoring
maupun dalam tahap evaluasi pelaksanaan pembangunan termasuk dalam penyiapan
sumber daya manusia.
3. Kecendekiaan
Program kerja ICMI perlu dikembangkan atas dasar sifat kecendekiaan,
yaitu keimanan dan ketaqwaan, kepekaan dan profesionalisme, di samping itu,
program kerja ICMI perlu memanfaatkan iptek dan seni seoptimal mungkin,
kecendekiaan juga terwujud pada pengutamaan partisipasi, efisiensi, dan
produktivitas masyarakat dalam kegiatan ICMI. Dalam pemanfaatan iptek, secara
implisit di dalamnya terkandung aplikasi prinsip-prinsip iptek berupa
keterbukaan, konsistensi, berkembang dan kesetaraan (tidak hirarkis)
4. Pengutamaan pada proses.
Kaidah proses menjamin kesinambungan program dengan tetap memberikan
peluang pada peningkatan dan pembaruan dalam mencapai tujuan, serta pelibatan
masyarakat secara aktif. Proses dan pengendalian ini didukung terutama oleh
pemanfaatan metode dan teknologi yang memberikan kemudahan dalam proses
pencapaian sasaran.
5. Efisiensi, Efektifitas, Produktifitas dan Mutu
Masyarakat
Program kerja ICMI perlu memaksimalkan produktivitas dan mutu masyarakat
dari sumber yang terbatas baik modal maupun fasilitas, sarana dan prasarana
fisik maupun non fisik, sumberdaya manusia dan waktu. Untuk itu diwujudkan
efisiensi dan efektivitas alokasi sumber-sumber terbatas makro dan mikro ICMI,
sehinga inefisiensi dapat dihindarkan.
6. Pemerataan dan Partisipasi
Masyarakat harus dipandang sebagai mitra yang memiliki potensi yang
perlu difasilitasi agar mampu berkembang secara merata. ICMI sebagai
katalisator untuk memperluas kesempatan dan akses informasi sebagai mitra
kerja, sehingga mereka mampu mendayagunakan potensi internalnya secara efektif.
Setiap program dikembangkan sebagai gagasan yang tumbuh dan dilaksanakan secara
partisipatif oleh kekuatan mitra kerja. Dengan demikian ICMI tidak tumbuh
sebagai outsider yang asing dengan menawarkan program yang sama sekali tidak
kontektual dengan kebutuhan dan potensi masyarakat atau lembaga yang menjadi
mitra.
7. Kesinambungan dan Peningkatan (Pengembangan)
Pada hakekatnya progam yang dilaksanakan merupakan proses pencapaian
tujuan yang berkesinambungan dengan demikian program yang dilaksanakan pada
setiap periode mesti merupakan pengembangan dan perbaikan dari program
sebelumnya. Hal ini agar tidak terlalu banyak model-model baru yang sering
tidak ada kelanjutannya sehingga tidak meningkatkan hasil kerja yang telah
diraih secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Lain-lain
- Tujuan
ICMI
dibentuk dengan tujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas kehidupan rakyat Indonesia,
khususnya umat Islam, dengan melebur ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam
agama.
- Kode Etik Anggota
Cendekiawan Muslim Indonesia adalah pribadi
yang :
a. Beriman
dan Bertaqwa.
b. Ikhlas/Amanah.
c. Penggalang
ukhuwah.
d. Berjiwa
kebangsaan.
e. Bersikap
terbuka.
f.
Demokratis.
g. Berpikiran
luas.
h. Peduli.
i.
Profesional.
j.
Istiqomah.
Cendekiawan Muslim Indonesia sebagai pewaris
dan penerus risalah Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam hendaknya
senantiasa berupaya :
a. Shalat,
membaca Al-Quran dan mengamalkan isinya, berinfaq dan menjauhi munkarat.
b. Bertanggung
jawab setiap amanah, menjauhi korupsi dan penyalah-gunaan wewenang,
c. Silaturahmi
dan menjaga ukhuwah.
d. Cinta
negeri, cinta bangsa, berkarakter islamiyah dan berketeladanan.
e. Menghargai
perbedaan dan kemajemukan.
f.
Mendorong partisipasi masyarakat dan
menjauhi sikap otoriter dan anarkis.
g. Menjauhi
perdukunan dan hal-hal lain yang bersifat mistis dan tahayul.
h. Proaktif
memikirkan dan memecahkan persoalan masyarakat, umat dan bangsa.
i.
Produktif, kreatif, inovatif, tepat
waktu, efektif, dan efisien dalam prinsip-prinsip kehidupan baik organisasi
maupun kemasyarakatan.
Pelanggaran atas kode etik ini diperiksa dan
diputus oleh Badan Kehormatan ICMI.
Tata cara pemeriksaan dan pemberian putusan oleh Badan Kehormatan ICMI, dan jenis-jenis putusan lainnya diatur lebih lanjut dalam ketentuan Majelis Pengurus Pusat (MPP) ICMI, baik sanksi moral pemberhentian dan sanksi-sanksi lainnya.
Tata cara pemeriksaan dan pemberian putusan oleh Badan Kehormatan ICMI, dan jenis-jenis putusan lainnya diatur lebih lanjut dalam ketentuan Majelis Pengurus Pusat (MPP) ICMI, baik sanksi moral pemberhentian dan sanksi-sanksi lainnya.
Cendekiawan muslim Indonesia bertanggung
jawab, menaati, dan melaksanakan kode etik ini, sebagai perwujudan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, serta bertanggung jawab secara etik
dan moral.
Opini
a.
ICMI menganggap bahwa Cendekiawan muslim didefinisikan sebagai
orang Islam yang peduli terhadap lingkungannya, terus menerus meningkatkan
kualitas iman dan taqwa, kemampuan berpikir, menggali, memahami dan menrapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kehidupan keagamaan dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan untuk diamalkan bagi terwujudnya masyarakat madani.
Uji Hipotesis
ICMI memiliki
landasan hukum yang kuat sebagai sebuah organisasi masyarakat yang berdasarkan
Islam sehingga banyak memperoleh dukungan. Hal tersebut didukung dengan tokoh-tokoh
ICMI yang banyak menjadi orang-orang yang berpengaruh di pemerintahan. Selain
itu, ICMI sebagai organisasi yang terbuka memiliki cabang-cabang di daerah yang
menyebabkan jaringannya cukup luas. ICMI juga memiliki jangkauan yang luas di
berbagai aspek kehidupan dalam aspeknya.
Banyak penolakan terhadap
keberadaan ICMI karena ICMI merupakan salah satu bentuk eksklusivitas kaum
intelektual yang seharusnya bergerak secara mandiri. ICMI juga dianggap masih
membawa esensi-esensi Orde Baru yang sangat berkaitan dengan sejarah
pembentukannya. Beberapa organisasi seperti NU jelas-jelas menolak anggotanya
untuk bergabung dengan ICMI.
Penduduk di Indonesia
yang sebagian besar beragama Islam memberikan keuntungan tersendiri bagi ICMI
untuk menjadi organisasi yang kuat. Selain itu, masyarakat juga memiliki
kepercayaan yang tinggi terhadap kaum intelektualitas sebagai pihak yang bisa
membawa perubahan. Mindset
sebagian besar masyarakat yang menganggap organisasi Islam sebagai organisasi
yang berkaitan dengan terorisme dan kegiatan-kegiatan yang radikal akan menjadi
tantangan tersendiri bagi organisasi-organisasi Islam untuk berkembang. Selain
itu, pengaruh media massa yang besar di Indoensia saat ini memungkinkan citra
organisasi naik dan turun dalam waktu yang singkat.
Hasil Uji Hipotesis
Aksi yang
dilakukan oleh ICMI terbukti berpengaruh besar terhadap kebijakan politik di
Indonesia. Hal tersebut dikarenakan ICMI didukung oleh sebagian pihak
pemerintah, meskipun tidak seluruhnya sehingga seringkali tetap bertentangan
dengan pemerintah. Faktor pendukung terjadinya hal tersebut adalah anggota ICMI
yang merupakan kaum intelektual yang memiliki berbagai cara dalam
memperjuangkan kepentingannya. Selian itu, ICMI juga didukung cabang di
berbagai daerah di Indonesia serta kegiatan yang mencakup berbagai aspek.
No comments:
Post a Comment