Nama : Abdurrahman Wahid
TTL : Jombang, Jawa
Timur, 7 September 1940
Wafat : Jakarta, 30 Desember 2009
Orang tua :
◦
Ayah : K.H. Wahid
Hasyim
◦
Ibu : Hj.
Sholehah
Riwayat Pendidikan :
◦
Pesantren Tambak
beras
di Jombang
◦
Kuliah di Universitas Al Azhar tahun 1963
◦
Prasarjana di Universitas Baghdad 1970
PROSES PENGALIHAN
KEPALA PEMERINTAH
Pada tanggal 20 Oktober 1999,
MPR berhasil memilih Presiden Republik Indonesia yang ke-4 yaitu KH. Abdurrahman
Wahid dengan wakilnya Megawati Soekarnoputri. Pada masa pemerintahan Abdurrahman
Wahid, ada beberapa persoalan yang dihadapi yang merupakan warisan dari
pemerintahan Orde Baru yaitu :
1) Masalah praktik
KKN yang belum terselesaikan
2) Pemulihan
ekonomi
3) Masalah BPPN
4) Kinerja BUMN
5) Pengendalian
Inflasi
6) Mempertahankan
kurs rupiah
7) Masalah
disintegrasi dan konflik antarumat beragama
8) Penegakan hukum
dan penegakan Hak asasi manusia (HAM)
Berawal
dari krisis ekonomi pada tahun 1997 yang melanda kawasan Asia
9)Krisis kepercayaan → demo mahasiswa (1998)
STRATEGI PADA MASA PEMERINTAHAN ABDURRAHMAN WAHID
Pembaharuan yang dilakukan
pada masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid adalah :
Membentuk Kabinet Kerja
Untuk mendukung tugas
dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, Abdurrahman Wahid membentuk kabinet
kerja yang diberi nama Kabinet Persatuan Nasional yang anggotanya diambil dari
perwakilan masing-masing partai politik yang dilantik pada tanggal 26 Oktober
1999. Di dalam Kabinet Persatuan Nasional terdapat dua departemen yang
dihapuskan, yaitu Departemen Sosial dan Departemen Penerangan.
— Bidang Sosial Budaya:
Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik
antarumat beragama, Abdurrahman Wahid memberikan kebebasan dalam kehidupan
bermasyarakat dan beragama. Hak itu dibuktikan dengan adanya beberapa keputusan
presiden yang dikeluarkan, yaitu :
a) Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai
Pemulihan Hak Sipil Penganut Agama Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru
dibatasi, maka dengan adanya Keppres No. 6 dapat memiliki kebebasan dalam
menganut agama maupun menggelar budayanya secara terbuka seperti misalnya
pertunjukan Barongsai.
b) Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari
besar agama, sehingga menjadi hari libur nasional.
— Bidang Ekonomi:
◦
Untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi
Indonesia, dibentuk Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang bertugas untuk memecahkan
perbaikan ekonomi Indonesia yang belum pulih dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Dewan Ekonomi nasional diketuai oleh Prof. Dr. Emil Salim,
wakilnya Subiyakto Tjakrawerdaya dan sekretarisnya Dr. Sri Mulyani Indraswari.
— Bidang Politik Dalam
Negeri
1.
Reformasi Politik
pertama adalah membubarkan Departemen Penerangan, senjata utama rezim Soeharto
dalam menguasai media. Reformasi kedua adalah membubarkan Departemen Sosial
yang Korupsi.
2.
Mengubah BAKIN
menjadi Badan Intelijen Negara (BIN)
— Bidang Politik Luar Negeri
1.
Pembukaan
hubungan dagang dengan Israel. Ada dua alasan: pertama, menggairahkan hubungan
dengan lobi Yahudi. Indonesia paling tidak bisa minta tokoh Yahudi, George
Soros, tak mengacaukan pasar uang/modal untuk menghindari krisis moneter.
Kedua, meningkatkan posisi tawar Indonesia menghadapi Timur Tengah yang tak
pernah membantu Indonesia mengatasi krisis moneter.
2.
3 elemen politik
luar negeri Abdurrahman Wahid. Pertama, menjaga jarak sama dengan semua negara,
kedua hidup bertetangga baik, dan ketiga kebajikan universal.
3.
mewujudkan
”poros kekuatan” di Asia. Ia sempat memulai prakarsa tersebut dengan menggagas
Forum Pasifik Barat yang terdiri dari Indonesia, Timor Timur, Papua Niugini,
Australia, dan Selandia Baru yang sempat disuarakan ke sembilan negara ASEAN.
4.
Membujuk
Singapura menyetujui pembentukan Forum Pasifik Barat dalam KTT ASEAN di
Singapura, November 2000.
5.
Pembentukan
poros (axis) Indonesia-China-India. Tak lama kemudian ia memprakarsai pula poros
ekonomi Indonesia, Singapura, China, Jepang, dan India.
Kelemahan
Strategi yang diambil Oleh Abdurrahman Wahid
Disamping pembaharuan-pembaharuan di atas, Abdurrahman
Wahid juga mengeluarkan berbagai kebijakan yang dinilai Kontroversial dengan
MPR dan DPR, yang dianggap berjalan sendiri, tanpa mau menaati aturan
ketatanegaraan, melainkan diselesaikan sendiri berdasarkan pendapat kerabat
dekatnya, bukan menurut aturan konstitusi negara. Kebijakan-kebijakan yang menimbulkan
kontroversial dari berbagai kalangan yaitu :
¯ Tidak Harmonisnya Menteri-Menteri dalam Kabinet yang
telah di pilih oleh Abdurrahman Wahid
1.
Pencopotan
Kapolri Jenderal Polisi Roesmanhadi yang dianggap Orde Baru.
2.
Pencopotan Menteri
Negara Perindustrian dan Perdagangan Jusuf Kalla dan Menteri Negara BUMN
Laksamana Sukardi. Alasan yang diberikan Wahid adalah bahwa keduanya terlibat
dalam kasus korupsi, meskipun Gus Dur tidak pernah memberikan bukti yang kuat.
3.
Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra dicopot dari kabinet
karena ia mengumumkan permintaan agar Gus Dur mundur.
4.
Menteri
Kehutanan Nurmahmudi Ismail juga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan
Presiden, berlawanan dalam pengambilan kebijakan
5.
Pencopotan
Kapuspen Hankam Mayjen TNI Sudradjat, yang dilatarbelakangi oleh adanya
pernyataan bahwa Presiden bukan merupakan Panglima Tinggi.
6.
Menteri
Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) Susilo Bambang
Yudhoyono untuk menyatakan keadaan darurat. Yudhoyono menolak dan Gus Dur
memberhentikannya dari jabatannya beserta empat menteri lainnya dalam reshuffle
kabinet pada tanggal 1 Juli 2001
¯ Abdurrahman Wahid menyetujui nama Irian Jaya berubah
menjadi Papua dan mengizinkan pengibaran bendera Bintang Kejora.
¯ Sisi lain dari kepemimpinan Abdurrahman Wahid
sebagai presiden adalah dominasinya dalam pelaksanaan politik luar negeri.
Dominasi itu ditunjukkan ”tur keliling dunia” yang menghabiskan 23 dari 40 hari
pertama masa pemerintahannya, rekor baru yang fantastis dalam sejarah kepresidenan.
Wajar Ketua MPR Amien Rais dan Ketua DPR Akbar Tandjung mengkritik Abdurrahman
Wahid jangan terlalu sering melawat karena banyak persoalan domestik yang harus
diselesaikan, seperti konflik Aceh. Namun Abdurrahman Wahid menjawab, tujuan
tur mengembalikan nama baik Indonesia, berharap investor menanamkan modal lagi,
dan mencari dukungan internasional terhadap keutuhan Aceh sebagai bagian dari
kita.
¯ Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan dekret
yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan
rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan
Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR.
¯ Muncul pula dua skandal pada tahun 2000, yaitu
skandal Buloggate dan Bruneigate. Pada bulan Mei, Badan Urusan Logistik (BULOG)
melaporkan bahwa $4 juta menghilang dari persediaan kas Bulog. Tukang pijit
pribadi Gus Dur mengklaim bahwa ia dikirim oleh Gus Dur ke Bulog untuk
mengambil uang. Meskipun uang berhasil dikembalikan, musuh Gus Dur menuduhnya
terlibat dalam skandal ini. Skandal ini disebut skandal Buloggate. Pada waktu
yang sama, Gus Dur juga dituduh menyimpan uang $2 juta untuk dirinya sendiri.
Uang itu merupakan sumbangan dari Sultan Brunei untuk membantu di Aceh. Namun,
Gus Dur gagal mempertanggungjawabkan dana tersebut. Skandal ini disebut skandal
Bruneigate.
Puncak jatuhnya Abdurrahman Wahid dari kursi
kepresidenan ditandai oleh adanya Skandal Brunei Gate dan Bulog Gate yang
menyebabkan ia terlibat dalam kasus korupsi, maka pada tanggal 1 Februari 2006
DPR-RI mengeluarkan memorandum yang pertama sedangkan memorandum yang kedua
dikeluarkan pada tanggal 30 Aril 2001. Abdurrahman Wahid menanggapi memorandum
tersebut dengan mengeluarkan maklumat atau yang biasa disebut Dekrit Presiden
yang berisi antara lain :
1) Ingin membubarkan MPR / DPR-RI
2) Mengembalikan kedaulatan di tangan rakyat dan
mengambil tindakan serta menyusun badan yang diperlukan untuk pemilu dalam
waktu satu tahun.
3) Pembekukan Partai Golkar karena dianggap warisan
orde baru
Dalam kenyataan, Dekrit tersebut tidak dapat
dilaksanakan karena dianggap bertentangan dengan konstitusi dan tidak memiliki
kekuaran hukum, maka MPR segera mengadakan Sidang Istimewa pada tanggal 23 Juli
2001 dan Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai Presiden RI menggantikan Abdurrahman
Wahid berdasarkan Tap MPR No. 3 tahun 2001 dengan wakilnya Hamzah Haz.
Rerefensi
Barton,
Greg (2002). Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid.
No comments:
Post a Comment