Sunday, September 1, 2013

SISTEM POLITIK INDINESIA (SPI)



Sistem Politik Indonesia


MATERI POKOK

1.       Demokratisasi
2.       Reformasi
3.       Sistem Politik

Demokratisasi : Otoriter menuju Demokrasi

Menurut Samuel P. Huntington
Demokratisasi adalah sebuah gelombang transisi rezim-rezim non demokrasi menuju rezim-rezim demokrasi dalam suatu kurun waktu tertentu dan dalam jumlah yang signifikan dibanding jumlah transisi kearah kebalikannya.

Syarat demokratisasi ada 3 hal :
1.    Berakhirnya rezim otoriter
2.    Dibangunnya rezim demokrasi
3.    Konsolidasi dari rezim demokrasi

Pada abad ke 8 pada zaman kerajaan (abad pencerahan) kehidupan politiknya didominasi oleh kepala negara (raja) dan pihak gereja (Paus). Raja mengatur bidang duniawi sedangkan Paus mengatur masalah agama/akhirat. Sehingga rakyat merasa tertekan dengan keadaan tersebut. Setelah itu rakyat melakukan gerakan reformasi.

Gerakan reformasi adalah gerakan membaca buku-buku karya Yunani Kuno dimana demokrasi berjalan dengan baik.

Menurut Joseph Schumpeter
-  Demokrasi mensyaratkan pemilihan umum (ellection)
-  Demokrasi adalah prosedur kelembagaan untuk mencapai keputusan politik yang didalamnya individu memperoleh kekuasaan untuk membuat keputusan melalui perjuangan yang kompetitif dalam rangka memperoleh suara rakyat.

Huntington menegaskan kembali bahwa demokrasi tidaknya suatu sistem politik sangat bergantung pada sejauh mana para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilu yang adil, jujur dan berkala dan dalam sistem itu para calon secara bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir semua penduduk dewasa berhak memberikan suaranya.
Menurut Robert A. Dahl dalam polyarchy mengatakan bahwa disamping pemilu sebagai syarat demokrasi juga penting adanya kebebasan berekspresi, kebebasan mengakses informasi, dan kebebasan berasosiasi.

Masa Reformasi
1.       Mewujudkan check and balances dengan mengurangi kekuatan eksekutif dan menambah kekuatan legislatif. Contoh : dalam pembuatan Perpu.
2.       Meminggirkan militer dari panggung sipil dan meningkatkan civil society.
3.       Membangun nilai demokrasi dengan menyelenggarakan pemilu dengan mengeluarkan UU mengenai pemilu tahun 1999, UU kebebasan mendirikan partai politik tahun  1999, dan UU otonomi daerah.

Gelombang Demokratisasi
Sebelum perang dunia I terjadi gelombang demokratisasi yang pertama dan setelah perang dunia II terjadi gelombang yang kedua dan sekitar tahun 70an mulai gelombang yang ketiga.
1.       Negara yang mengikuti gelombang Demokratisasi pada gelombang pertama tidak semua berhasil (gagal mendirikan negara demokrasi, akhirnya terkena gelombang arus balik menjadi otoriter).
2.       Yang tidak berhasil pada gelombang pertama kemudian mengikuti gelombang yang kedua. Indonesia termasuk dalam gelombang kedua yaitu pada tahun 1945 sampai 1959 dan gagal. Setelah itu indonesia mengikuti gelombang yang ketiga pada tahun 1998 sampai sekarang.
Ilmu sosial dan ilmu Politik melihat manusia dari perilakunya sehingga melahirkan pendekatan behavioralisme


Lins and Stephen mengelompokkan elite kedalam 4 kelompok, yaitu :
1.       The state (public agency) elite disini meliputi kepala daerah dan elite birokrasi lainnya.
2.       Political society (masyarakat politik) yang terdiri dari berbagai elite partai-partai politik (DPP dan pengurus inti partai)
3.       Economic society yang terdiri dari berbagai pengusaha, ketua asosiasi dagang dan koperasi (para konglomerat).
4.       Civil society yang memiliki karakteristik sukarela dan mandiri dari pengaruh negara, meliputi elite dari beragam organisasi sosial, jaringan LSM, media masa, dan intelektual kampus.

Budaya Politik secara sederhana dapat diartikan sebagai orientasi politik atau cara pandang baik individu maupun kelompok masyarakat terhadap politik. Budaya politik terdiri dari sejumlah nilai dan norma yang digunakan sebagai dasar untuk menilai atau menginterpretasikan politik. Melaui budaya politik individu-individu dapat menempatkan diri mereka dalam peran-peran maupun identifikasi politik. Berdasarkan struktur masyarakat vertikal maupun horizontal maka budaya politikpun dapat dipahami melalui dua sudut madang tersebut (vertikal maupun horizontal). Misalnya budaya politik horizontal terwujud melalui keterikatan kepada kolompok yang sederajad seperti budaya politik kesukuan (contoh budaya politik jawa), budaya politik agama (contoh budaya politik islam). Sedangkan dalam budaya politi vertikal, budaya politik tercermin dalam budaya politik elite dan budaya politik massa.

Budaya politik dapat dipertahankan namun cenderung berubah melalui sosialisasi politik (proses pewarisan nilai-nilai politi dari generasi ke generasi selanjutnya/pendidikan politik). Budaya politik berisi nilai-nilai dan norma-norma yang dijadikan dasar untuk menginterpretasikan politik. Biasanya beckground dari penilai menentukan penilaiannya, jika seseorang berasal dari keluarga yang islami maka penilaiannya juga akan berdasar pada nilai-nilai islam.

Hubungan pemimpin dengan yang dipimpin adalah hubungan yang sifatnya total yaitu yang dipimpin menyerahkan pengaturan seluruh kehidupannya kepada raja.

Perubahan Hubungan/Ketaatan Total dari Zaman Kerajaan, Masuknya Islam, dan  Masa Kolonial Belanda.

Hubungan total susah diubah, bahkan budaya tokoh-tokoh islampun tidak mudah untuk merubah untuk merubahnya. Dan ulama’ pun menyadari hal itu. Dan ulama; mencoba masuk dalam budaya tersebut. Contohnya dengan menggunakan wayang, padahal wayang dilarang dalam agama islam tapi hal ini di sikapi dengan tidak menggambarkan tokoh sebagaimana orang pada umumnya. Masuk belanda mengajarkan hubungan yang rasional artinya masih memperhitungkan untung rugi. Rakyat dan pegawai diperkenalkan taat kepada pemimpin sebatas hanya pada kontrak dan atas ketaatannya pegawai dari kerjaannya memperoleh gaji/imbalan. Pada masa inilah pemahaman terhadap hubungan total berubah dari zaman kerajaan dan masuknya islam
.
PATRON-Client – perpaduan hubungan awal (total) dengan hubungan yang rasional atau hubungan bapak anak. Sehingga ketaatan rakyat tidak sekuat dulu. Rakyat hanya akan taat pada pemimpin yang bisa menjamin rakyatnya. Patron (keturunan raja) sekarang bukan hanya lurus pada keturunan raja saja akan tetapi muncul patron-patron baru yaitu pemerintah birokrasi sekarang ini, spt presiden, bupati, gubernur, dll. Client taat pada patron ketika patron bisa melindunginya yang bisa membuat clientnya puas.

Titik ekstrim kiri negara sebagai pemegang ekonomi/pasar dan inilah yang disebut negara totaliter. Sedangkan pada ekstrim kanannya pasar sebagai pemegang tunggal pasar dan inilah neoliberalism. Jika ingin melihat posisi indonesia coba lihat pasal 33 UUD 45. Kinnesianism berarti ada campur tangan negara dalam kegiatan pasar.opendoor police membuka pintu untuk menanam dana asing tahun 70an. Akan tetapi tindakan suharto ini bukan memajukan industri mala memperbanyak penganngguran.

Fungsi rekrutmen elite
 
1.       Nominasi calon (Candidate nomination) : bagaimana parpol itu menyiapkan calon. Terlihat sampai saat ini parpol belum bisa menyiapkan calon-calon yang baik, terbukti dengan banyaknya kasus korupsi yang menjerat penduduk Dewan. Sehingga fungsi Parpol adalah menyiapkan calon-calon yang baik dan rakyat tinggal memilih dari hasil pencalonan oleh parpol. Lalu bagaimana para Parpol dalam merokrut calonnya? Ada dua jalur, yaitu jalur biasa dan luar biasa. Yang seharusnya di lakukan adalah jalur biasa yaitu dengan merekrut pemudah terbaik ataupun pemuda itu yang melamar menjadi anggota parpol. Selanjutnya diberikan pendidikan bertingkat (pengetahuan mengenai parpol tersebut, kabangsaan, nasionalisme, dsb). Sedangkan jalur yang luar biasa adalah perekrutan dengan melihat kekayaan, popularitas sosial, link atau koneksi dengan pejabat/anggota dewan. Dengan demikian calon-calon yang diperoleh akan seperti yang kita lihat sekarang ini. Calon tidak akan siap dengan keadaan yang akan dihadapi karena tidak melalui tahapan pendidikan terlebih dahulu. Faktanya banyak anak-anak ketum parpol yang terbawa orang tuanya kedalam partai tersebut.
2.       Mobilisasi elektoral (Elektoral Mobilization) : bagaimana memobilisir pendukung dalam pemilu. Seharusnya dalam kampanye itu parpol harus menjelaskan parpolnya kepada calon pemilih. Tetapi yang terjadi sekarang adalah manipolitik (sogokan/membeli suara), paksaan, ancaman. Misal pegawai negeri itu wajib memilih golkar. Namun yang dimaksud dengan mobilisasi bukan itu tetapi dengan cara yang benar.
3.       Menstrukturkan Isu (Isu stracturing) : seharusnya dalam suatu parpol memiliki analis khusus isu-isu yang berkembang yang harus melakukan pengkajian isu untuk menstrukturkan isu-isu umum tersebut. Misal isu yang berkembang adalah korupsi maka apa yang harus dilakukan parpol untuk menanggulangi korupsi tersebut. Lalu menawarkan program untuk menyelesaikan atau menanggulangi isu tersebut kepada pemerintah. Hal ini tidak hanya harus dilakukan di tingkat nasional saja namun, di tingkat lokal/daerah juga.
4.       Mewakili beragam organisasi sosial : dalam pemilu yang ikut hanya politik sedangkan ormas itulah yang mewakili masyarakat. Nhah partai politik tadi harus mampu menampung dan mendukung ormas-ormas. Karena ormas yang menyuarakan apa yang terjadi dalam masyarakat. Ormas seharusnya dijadikan background informasion.
5.       Agregasi kepentingan : seharusnya ketika turun kebawah parpol itu bertanya kepada masyarakat dan dilaporkan ketika rapat dewan.
6.       Pembentuk dan Pendukungan terhadap pemerintah : yang membentuk pemerintahan adalah parpol. Jika presiden SBY maka yang membentuk adalah SBY dan demokratnya. Pandangan pemimpin sangat menentukan, yang menjadi pertimbangan adalah perkembangan zaman/kehidupan masa sekarang dan lima tahun mendatang. Dia berhak menentukan siapa yang akan duduk di kursi pemerintahan. Dia juga berhak untuk mengurangi atau menambah lembaga/instansi/departemen, dll sesuai dengan perkembangan atau tuntutan keadaan. Sedangkan partai yang kalah harus sportif dan mendukung kebijakan parpol terpilih. Bukan malah menjatuhkan parpol terpilih.
7.       Integrasi sosial : parpol harus mampu mencari solusi untuk menyelesaikan konflik. Bukan sebaliknya jika ada konflik justru parpol yang ada dibaliknya.










No comments:

Post a Comment