Perombakan
kabinet atau lebih dikenal dengan reshuffle
kabinet merupakan pergeseran dan pergantian para kaki tangan presiden dalam hal
ini kepala kementrian atau badan yang setara dengan kementerian. Apabila dilihat
dari kacamata politik, hal tersebut sudah biasa dalam langkah kepala
pemerintahan untuk mewujudkan program-program agar dapat berjalan sesuai dengan
keinginannya.
Di saat
kepemimpinan kabinet kerja, telah berlangsungnya reshuffle kabinet yang dipimpin oleh presiden jokowi dodo, adapun
beberapa menteri dan setara menteri yang akan membantu kebijakan presiden dalam
kabinet kerja yakni:
1.
Darmin Nasution sebagai Menko Perekonomian menggantikan
Sofyan Djalil
2.
Luhut Binsar Pandjaitan sebagai Menko Polhukam
menggantikan Tedjo Edhy Purdijatno
3.
Rizal Ramli sebagai Menko Kemaritiman
menggantikan Indroyono Soesilo.
4.
Sofyan Djalil sebagai Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas menggantikan Andrinof Chaniago
5.
Thomas Lembong sebagai Menteri Perdagangan
menggantikan Rahmat Gobel.
6.
Pramono Anung sebagai Sekretaris Kabinet
(Seskab) menggantikan Andi Widjajanto.
Dalam pidato
kenegaraannya pun bapak jokowi berpendapat “saya
memutuskan perombakan kabinet guna memperkuat kinerja pemerintah untuk
percepatan implementasi program aksi pembangunan dan bagi saya, perombakan
kabinet adalah salah satu jembatan terbaik untuk memenuhi janji saya
pada rakyat, yaitu meningkatkan kesejahteraan dalam peri kehidupan mereka".
Apabila kita
bersama-sama menganalisa apa yang akan di lakukan jokowi dengan perubahan
tersebut, mantan gubernur DKI ini menginginkan perubahan perekonomian dan
sosial yang signifikan dari sebelumnya karena dari posisi reshuffle yang ada, terlihat jelas 3 Menko dari 4 Menko yang ada di
lakukan reshuffle dan 1 dari menteri perdagangan yang telah di ganti dengan
yang baru, hal ini ternyata disadari oleh jokowi dan telah diidentifikasikan
permasalahan dengan baik, dimana diperlukan genjotan untuk menaikan
perekonomian indonesia saat ini.
Beberapa pengamat
politik mengutarakan bahwa reshuffle
yang dilakukan kabinet kerja ini merupakan bentuk dari reshuffle premature. Oknum
tersebut menyatakan bahwa reshuffle
yang dilakukan jokowi terlalu dini dilakukan karena belum terlihat hasil
sehingga sulit untuk dievaluasi. Kemudian menurut salah satu pengamat politik
lainnya bahwa, pergantian 3 Menko merupakan langkah yang kurang tepat karena
mereka bukan pelaksana lapangan dan bukan pengambil kebijakan kementerian yang
berhubungan langsung dengan publik. Mereka hanya melakukan koordinasi dan memberikan
pengaturan atau arahan.
Akan tetapi
apabila melihat dari fenomena sekarang ini dimana perekonomian indonesia mulai
melemah dan beberapa program kabinet kerja yang kurang cepat maka “Pilihan
Tepat Bagi Jokowi dalam Me-reshuffle
Kabinet Kerja”. Fenomena tersebut dilihat dari indikator ekonomi maupun sosial
politk. Pertumbuhan ekonomi melambat, IHSG turun, dan nilai tukar rupiah
terhadap dolar makin melemah yang saat ini berada pada posisi 13.713,25. Kemudian
tingkat konsumsi terhadap berbagai produk menurun stok pangan dan daging
semakin menghilang dipasaran, bahkan mulai terdengar masalah PHK di sejumlah
bidang, terutama dibidang pertambangan.
Evaluasi dengan
me-reshuffle kabinet kerja merupakan
langkah yang tepat yang diambil oleh jokowi terlebih target dari posisi yang
telah di reshuffle merupakan posisi
penting untuk mengorganisir beberapa permasalahan bangsa yang sedang
berlangsung saat ini.
Alhasil dengan
adanya reshuffle ini, akan berdampak
besar kepada bangsa dan negara sama seperti asumsi negarawan kita Susilo
Bambang Yudhoyono yang mendukung penuh langkah reshuffle kabinet kerja jokowi dan selain itu diharapkan akan
membawa perubahan yang lebih baik dalam berbangsa dan bernegara.
S. Abdi
Jalan
Banten Lama Km.10, Kota Serang Banten.
Syahidabdi3@gmail.com
No comments:
Post a Comment